Das Boot (1981). Film Tentang U-Boat Paling Dahsyat!
U-96 berangkat meninggalkan pangkalan La Rochelle untuk melakukan patroli yang tak terlupakan
Para perwira U-96 di atas menara kapal selam. Mereka memperhatikan kapal tanker yang terbakar hebat setelah sebelumnya dihantam oleh torpedo U-boat. Dari kiri ke kanan: Perwira Pengawas kedua (Semmelrogge), Kapten (Prochnow), Navigator Kriechbaum (Tauber), Perwira Pengawas Pertama (Bengsch), Leutnant Werner (Grönemeyer), "Little" Benjamin (Hoffmann), Kadet Ullmann (May), dan Pilgrim (Fedder).
Tahunnya adalah 1941, tahun dimana Perang Dunia II sedang hot-hotnya berkecamuk, tahun dimana dua orang negara raksasa akhirnya ikut nimbrung dalam perang paling mengerikan sepanjang sejarah: Jepang dan Amerika Serikat. Di wilayah Prancis yang diduduki Jerman, para kru muda U-boat berkumpul bersama untuk acara mabok-mabok terakhir sebelum mereka berangkat patroli le lautan lepas. Mereka berpesta gila-gilaan, berdansa, dan ble'e-ble'e (baca: berhubungan badan) seakan tak ada lagi hari esok. Untuk mereka, kemungkinannya memang besar sekali bahwa mereka tak akan pernah kembali lagi. Meskipun pada saat itu mereka tidak tahu fakta mencengangkan bahwa dari 40.000 orang anggota satuan U-boat Jerman, lebih dari 30.000 orang kehilangan nyawanya!
Kali ini para awak tersebut kedatangan tamu istimewa yang akan menemani mereka, yaitu Leutnant Werner (Herbert Grönemeyer), seorang koresponden perang yang sangat berambisi tapi sesungguhnya masih hijau dalam peperangan. Dia berharap akan menemukan makna baru dari peperangan di lautan lepas sekaligus menambah khazanah bahan untuk artikelnya. Sedikit saja dia tahu bahwa semenjak kapal selam abu-abu sempit dan ringkih tersebut meninggalkan pangkalannya, dia akan mengalami pengalaman paling menakjubkan sekaligus mengerikan, ketegangan yang luar biasa, kebosanan tak tertanggungkan, kesetiakawanan antar para awak kapal, ketakutan traumatis, kebanggaan korps, dan aksi nyaris bunuh-diri yang berakhir dengan selamatnya dari misi tersebut secara ajaib!
Satu demi satu, Werner mulai mengenal para teman barunya. Dalam daftar puncak adalah sang kapten alias Kapitänleutnant (Jürgen Prochnow) yang baru berusia 30 tahun dan dijuluki "orang tua kapal", yang wajahnya seakan-akan masih membawa kesedihan dari misi sebelumnya yang berakhir dengan bencana. Si Kapten tampaknya telah menginspirasi anak buahnya, bahkan pada saat ia menerima perintah yang hampir mustahil untuk dilaksanakan. Selain itu, ada juga kepala insinyur (Klaus Wenneman) yang memegang tanggungjawab penuh akan berfungsinya kapal dan juga para kru, padahal usianya barulah menginjak 27 tahun! Terus ada Johann (Erwin Leder) sang kepala mekanik jenius yang dikenal oleh teman-temannya dengan nama "si hantu", yang memperlakukan mesin-mesin diesel kapal selamnya yang super bising dan bau oli seakan-akan adalah kekasih tercintanya!
Pada awalnya, hari-hari Werner bersama kamerad barunya diisi dengan pelayaran menyenangkan tanpa tujuan, hanya mencari-cari adakah kapal naas yang nyelonong di periskop. Mereka saling bercanda satu sama lain, membual akan pacarnya yang menanti di kampung halaman, dan menceritakan joke-joke porno; semuanya dilakukan demi membunuh waktu yang seakan tak berujung. Tapi dengan berlalunya masa, para kru tersebut semakin merasa terkurung dalam U-boat yang pengap, panas dan berbau. Timbullah klaustrofobia (rasa takut yang berlebihan akan ruang sempit). Ruangan berbentuk tabung yang mereka tempati begitu dipenuhi oleh manusia, dan mustahil lah untuk mendapatkan privasi untuk diri sendiri. Mereka bahkan harus tidur dalam shift, dua orang untuk satu tempat tidur seadanya. Seakan masih belum cukup, semua awak U-boat tersebut hanyalah menggunakan satu buah toilet!
Sedikit demi sedikit mereka menyaksikan dengan hati yang sesak, betapa persediaan roti yang dibawa kini mulai ditumbuhi oleh jamur, dan daging-daging babi yang tergantung di pipa telah berbau diesel dan ditumbuhi belatung. Ketegangan semakin meningkat, dan seakan tidak ada sesuatu pun untuk mengobatinya.
Dan akhirnya saat itu datang - sebuah kapal perusak musuh terlihat mendekat dengan cepat! Kapten langsung memberikan peringatan dan U-96 pun segera menyelam. Serangan! Bom kedalaman segera meledak di sekeliling kapal selam. Para kru terpaku, belingsatan, saling bertabrakan dan berdesakan melalui jalan-jalan sempit yang menghubungkan ruangan demi ruangan. Kebocoran mulai terjadi disana-sini, dan setiap kali bom dalam meledak, maka kapal bergoncang dengan hebatnya, seakan pasrah menantikan apapun yang akan terjadi. Kini setiap awak kapal telah merasakan pengalaman pertama mereka dalam petempuran!
Dari sejak saat itu, seakan semua hal bersatu untuk menambah derita para awak kapal: Sekutu, perintah Hitler, lautan, dan takdir. Badai yang berlangsung selama tiga minggu telah membuat U-96 hanya menyelam di kedalaman saja dan tidak berani nongol keluar, suatu ujian ketahanan fisik dan mental bari para kru yang memang sudah nge-drop dari sebelumnya. Ketika akhirnya mereka menampakkan diri di permukaan, pertempuran baru telah menanti. Mereka mendapat ujian berat ketika harus menghadapi konvoy kapal barang yang dikawal oleh sepasukan kapal perusak. Sang kapten nekad menyerang konvoy tersebut dan menembakkan torpedo peraknya untuk kemudian buru-buru menyelam kembali untuk menghindari serangan balasan. Kini dia membenamkan kapal tuanya semakin dalam dari biasanya hingga mencapai kedalaman 800 kaki yang tak pernah dicapai sebelumnya! Baut dan rivet saling berloncatan dari rumahnya akibat tekanan air yang tidak alang kepalang. Sang kapten sendiri harus menghadapi dilema kemanusiaan secara pribadi ketika ia dipaksa ole keadaan untuk meninggalkan awak yang selamat dari kapal barang yang ditenggelamkan U-96, demi untuk mematuhi perintah tegas dari markas besar untuk tidak pernah membawa kru musuh yang selamat.
Kemudian, ketika para kru U-boat mengira bahwa misi mereka telah selesai dan kini dalam perjalanan pulang untuk merayakan Natal di rumah masing-masing, datanglah perintah baru: Kapal tersebut diperintahkan untuk menembus blokade kapal perusak Inggris yang menjaga selat sempit Gibraltar yang sangat berbahaya. Benar-benar wong edhuan!
Moral langsung merosot seperti merosotnya kapal itu sendiri ke kedalaman. Mereka tahu bahwa ini adalah misi yang sama saja dengan bunuh diri. Mereka tak lagi merasa adanya rasa patriotisme dalam hati mereka. Keinginan mereka hanya satu: berkumpul kembali dengan orang-orang tercinta di kampung halaman yang terletak begitu jauhnya. Tapi semua perasaan ini terkalahkan oleh semangat muda mereka yang menggebu-gebu, juga kesetiaan tanpa batas terhadap kapten kapal yang sangat mereka cintai. Mereka memutuskan untuk maju terus! Di bawah lindungan kegelapan, U-96 diam-diam melintasi selat dan berlayar di permukaan. Di sekeliling mereka, lampu sorot dari puluhan kapal Inggris dan artileri pantai saling berpendaran, seakan haus mencari mangsa siapa saja yang berniat gila masuk kesana.
Apakah mereka akan berhasil dalam menjalankan misinya?
Bagi yang berminat untuk memiliki film ini Klik disini
Comments
Post a Comment